Bencana alam yang terjadi di Cimahi dan sekitarnya terjadi secara beruntun terjadi setelah musim hujan tiba. Siapa yg salah? Siapa yang bertanggung jawab?...itulah pertanyaan yang sering terlontar ketika bencana melanda. Tanya lah pada hati nurani kita! jawabannya pasti kita sendiri. Mengapa? karena bencana alam yang terjadi akibat ulah manusia sendiri yang menjadi sebab dan bencana adalah akibat dari perbuatan manusia itu sendiri.
Ketika hutan dicukur untuk dengan alasan kebutuhan ekonomi maka tunggulah ekonomi yang dibangun atas dasar keserakahan akan menuai hukuman dari alam yang telah jengah menjadi komoditas tersebut.
Sejak kecil kita telah dicekoki oleh segudang teori dari buku buku pelajaran yang mungkin sekarang sudah usang dan hanya menjadi setumpuk kertas yang sudah tidak berarti lagi bahwa "Banjir disebabkan karena salah satunya banyak yang buang sampah sembarangan, jangan mengunduli hutan karena jika hutan gundul maka akan terjadi tanah longsor".
Tapi itu semua hanya sebuah kalimat yang sering kita baca saja sejak kecil, setelah kita dewasa kita banyak yg melupakannya seolah-olah itu sudah tidak berarti lagi. Waktu saya kecil saya hampir tidak pernah merasakan banjir di kota Cimahi separah sekarang. Manusia hanya memikirkan yang sesaat saja tanpa pernah memikirkan apa yang akan kita wariskan kelak buat generasi penerus kita. Yang diwariskan hanyalah segudang PR bagaimana mengatasi bencana dan mengalami bencana.
Beberapa daerah di Cimahi yang dulu tidak pernah terkena banjir sekarang berubah menjadi daerah langganan banjir seperti Cihanjuang, Cilember, Pojok dll. Karena daerah resapan air sudah tidak ada berubah semua menjadi beton. Daerah yang dulu menjadi daerah resapan air di daerah Cisarua sudah berubah menjadi vila vila mewah, dan daerah perkebunan masyarakat.
Sekarang Cimahi menjadi daerah langganan banjir setiap musim hujan datang. Masyarakat pun seakan sudah terbiasa dan memakluminya, bencana memang tidak bisa kita tolak atau prediksi tapi setidaknya kita bisa berbuat sesuatu untuk mencegah bencana tersebut. Hal kecil yang bisa kita perbuat adalah jangan buang sampah sembarangan, sisakan sedikit lahan untuk resapan air di sekitar rumah kita atau membuat biopori.
Semoga dari kejadian tersebut kita bisa mengambil hikmahnya bahwa jika alam sudah murka maka tidak ada yang bisa melawannya. Bencana pun tidak hanya memberikan dampak negatif saja tapi ada juga dampak positifnya yaitu menumbuhkan rasa kekeluargaan untuk saling membantu korban bencana tersebut.
Banyak relawan kemanusiaan yang langsung turun kelapangan tanpa menunggu bantuan pemerintah setempat, relawan relawan tersebut bekerja dengan sepenuh hati tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Rasa kepedulian terhadap sesama itu sangat penting, coba bayangkan jika bencana itu terjadi pada kita?..kita pun membutuhkan bantuan dari yang lain atas dasar rasa kepedulian kita dan relawan yang lain bergerak dan memberikan bantuan sekemampuan kita.
Terima kasih kepada Grup Urang Cimahi yang sangat tanggap bencana, Ulin Jarambah dengan Gerakan Malire Sesama semoga Allah akan membalas kebaikan kawan kawan semua. Semoga kedepannya bencana bisa kita kurangi dengan mau hidup berdampingan dengan Alam dan tidak merusaknya.
Banjir bandang di kampung Nyalindung
Rehat sejenak
kendaraan tempur ke lokasi bencana
kabut, hujan dan angin menghiasi perjalanan ke Nyalindung
tukang blusukan ke area bencana
Group Urang Cimahi
Rehat sejenak
kendaraan tempur ke lokasi bencana
kabut, hujan dan angin menghiasi perjalanan ke Nyalindung
tukang blusukan ke area bencana
Group Urang Cimahi