Kamis, 19 Juni 2014

Berkunjung Ke Baduy

Jam menunjukan pukul 15.00 saat kita semua meluncur menyusuri jalan tol Cipularang. Kita berangkat dari Cimahi dengan tujuan kampung Ciboleger di kab Lebak, Provinsi Banten. Selama ini saya hanya mendegar suku Baduy dengan segala informasi yang mungkin tidak akurat dan kita ingin membuktikan apa yang selama ini kita dengar. Sekitar pukul 17.30 kami beristirahat sejenak untuk mengisi perut di rest area Cikampek. Setelah dirasa cukup untuk mengisi perut, kami kembali menyusuri jalan tol Cipularang dan apa yang kami khawatirkan terjadi yaitu terjadi kemacetan di pintu tol Cikarang Utama sampai tol dalam kota yang ke arah Cawang. Selepas kemacetan itu kami terus melaju hingga masuk tol Merak Jakarta dan kemacetan pun terjadi. Saya yang sudah kelelahan akhirnya menepikan kendaraan di rest area Tangerang kira kira saat itu pukul 22.00. 

Kira kira satu jam kami beristirahat, kami pun terus memburu waktu agar bisa cepat sampai tujuan. Sekitar pukul 01.00 dini hari kami sampai di Rangkasbitung dan untuk menghilangkan rasa kantuk dan memastikan arah jalan kami pun menepikan kendaraan di sekitar terminal dan menikmati kopi. Kami sempat berbincang dengan salah satu Jawara di Rangkasbitung mengenai tujuan kami ke Ciboleger. Dia pun memberikan saran agar melewati jalan yg lain yg agak memutar tapi relatif aman dan terang karena jika melewati jalan utama yg notabene sedang di cor, melewati perkebunan sawit itu rawan karena belum lama terjadi penodongan dan perampokan oleh begal.

Setelah selesai kita kembali melanjutkan perjalanan menuju Ciboleger, sepanjang perjalanan kita disuguhi hutan jati dan galian pasir. Banyak juga kayu kayu jengjen yang siap angkut bertumpuk rapi di sepanjang jalan menuju Ciboleger. Kabut pun turun menemani perjalanan kami dan saya harus meningkatkan kewaspadaan karena jalan banyak yg berlubang. Ingat akan obrolan tadi diwarung waspada barangkali ada begal dan jika ada orang yang berhenti ditengah jalan jangan berhenti tabrak saja. Sambil memegang setir, saya pun memangku sebilah golok untuk sekedar berjaga jaga jika ada sesuatu dan kawan kawan yg lain pun bersiaga mengamati jalan, ada yang memegang pisau dan kawan yang di bangku belakang sudah siap dengan senjata "Air soft gun". 

Akhirnya perjalanan yang sangat menguras keringat dan mental pun berakhir dan kami pun sampai di terminal Ciboleger pukul 03.00 dini hari. Suasana pun masih sunyi tetapi saya melihat seorang warga Baduy dalam sedang memanggul 2 tandan pisang menuju kampung Baduy. 


Sambil menunggu pagi kami pun beristirahat di dalam mobil dan tidak lama ada sebuah warung yang buka saya yang sejak tadi sudah lapar, mampir untuk membeli semangkok mie instan dan kopi. Adzan subuh pun berkumandang, saya bergegas mencari masjid. Selesai sholat subuh saya pun kembali ke mobil untuk memejamkan mata.

Pukul 07.00 kami pun berjalan ke rumah pa Haji Juhen yang menyediakan penginapan ala kadarnya, setealah mendapatkan kamar kami pun beristirahat untuk memejamkan mata sebentar dan mengendurkan urat urat yang sudah tegang akibat perjalanan yang sangat melelahkan.

Jam 09.00 kami pun bangun dan langsung ke warung pa haji Juhen untuk sarapan dan kawan kami pun langsung menghampiri kami yaitu Mang Omin, warga kampung Ciboleger yang sudah kami kenal sebelumnya. Sambil sarapan kami pun berbincang bincang dengan Mang Omin.

Selesai berbicang kami pun langsung bersiap untuk berjalan menuju kampung Baduy.

Sebelum masuk ke kampung adat baduy kami harus lapor dahulu ke Jaro Pamarentah yaitu Jaro Dainah apa maksud tujuan kami dan berapa orang. Memang tidak ditarif biaya tetapi kami memberikan uang sekedarnya saja. Karena Jaro sedang tidak ada, kami hanya bertemu dengan anaknya.

       Plang ucapan selamat datang ketika akan masuk perkampungan baduy



     rumah Jaro Dainah
Pada kesempatan kami tidak akan berencana mengunjungi perkampungan Baduy Dalam karena kami tidak bisa berlama lama, jika kami akan mengunjungi kampung Baduy dalam (Cikeusik, Cibeo, Cikertawana) maka jami harus menginap semalam lagi dikarenakan jarak dari Ciboleger ke Cikeusik berjarak kurang lebih 12 Km dan dapat ditempuh selama 5 jam jalan kaki. Kali ini kami hanya akan mengunjungi kampung Gajeboh saja yang hanya berjarak 2 km dari Ciboleger.

Sepanjang perjalanan ke Gajeboh kiri kanan jalan banyak leuit yang berdiri. Leuit adalah bangunan yang dibangun oleh masyarakat Baduy untuk menyimpan padi.

Perkampungan Baduy 

Leuit
Jalan bebatuan yang tertata rapih terus kami pijak agar tidak terpeleset. berjajar rumah rumah penduduk tertata rapi dan banyak juga yang menawarkan cendera mata khas Baduy di depan rumahnya. Sesekali kami berpapasan dengan wisatawan yg lain yang hendak ke Baduy dalam atau yang pulang. Kaum wanita baduy menghabiskan waktu di huma atau menenun kain untuk digunakan sendiri atau dijual kepada wisatawan. Kaum prianya pun sama banyak menghabiskan waktu di huma atau membuat membuat kerajinan tangan. 

narsis dulu padahal cape

meniti jalan bebatuan

siap ditenun 

membuat jaring ikan
Tak lama pun kami tiba di kampung Gajeboh, kampung ketiga dari Ciboleger,yang kedua adalah kampung Kaduketug. Di sini kita bisa melihat sebuah jembatan yang dibuat dari bambu yang hanya diikatkan ke pohon yang ada di seberang sungai. Jembatan ini tidak dipaku tetapi hanya di ikat oleh tali ijuk saja. Dibawahnya mengalir sungai yang jernih dan bersih tidak ada sampah plastik, paling paling hanya sampah dari dedaunnan kering. 

Sambil menghilangkan pegal kami pun bermain main dan berendam di sungai tersebut. Setelah puas kami pun berbincang bincang dengan puhu kampung Gajeboh mengenai kehidupan orang Baduy yang banyak laranganya. Seperti mereka tidak boleh memelihara hewan berkaki 4, cara berpakaian antara Baduy Luar dan Baduy Dalam.





Selesai berbincang bincang kita semua pamit pulang. Dan harus berjalan kaki menuruni dan mendaki bukit lagi untuk sampai ke Ciboleger temapt kami menyimpan barang barang. Perjalan terasa berat ketika pulang karena kita menghadapi tanjakan yng cukup panjang sampai harus beristirahat 2 kali. Setiap kali berkunjung ke Baduy selalu mempunyai cerita yang berbeda dan selalu rindu untuk kembali ke sana. Rindu akan keramahannya, rindu udaranya yang masih segar, rindu akan kearifan lokalnya..

Diperjalann pulang tidak disangka kami berjumpa dengan kenalan kami warga Baduy Dalam "Ayah Nani" dan kami pun sempat berbincang sebentar. Ternyata Ayah Nani baru dari rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya di Ciboleger karena merasa sesak nafas. Dalam hati saya hanya bisa tertegun melihat mereka yang masih patuh terhadap adat, walau sakit kemana mana harus berjalan kaki. 

sekitar pukul 15.00 kami pun tiba di Ciboleger tepatnya di rumah Haji Juhen untuk bersiap untuk pulang kembali ke Cimahi.

Ayah Nani yang memakai baju putih
Itulah secuil pengalaman kami berkunjung ke kampung masyarakat Baduy. Mereka sama seperti kita tetapi mereka masih berpegang teguh kepada adat. 

Tidak lengkap jika kami tidak membeli oleh oleh atau cenderamata khas Baduy. Banyak pilihan cenderamata khas Baduy mulai dari gantungan kunci, aksesoris (gelang, kalung, Kain Tenun, Tas Koja dll. 




Karena penulis sangat menyukai senjata tajam maka wajib hukumnya memiliki golok khas Baduy / Banten yang sangat sohor yaitu Golok Sulangkar.

Sampai Jumpa dengan perjalanan berikutnya..