Minggu, 28 Juni 2015

Perjalanan ke Garut Selatan

Jumat pagi mendadak saya ingin mengajak istri saya marasakan pengalaman yang sering rasakan ketika saya masih belum menikah yaitu menjelajah daerah eksotis.Kami mempersiapkan perbekalan ala kadarnya, backpacker pisan lah. Perbekalan sudah dirasa cukup, selanjutnya mengecek kondisi motor agar tidak ada kendala di perjalanan.
Tepat dua minggu sejak pernikahan kami, kami melakukan perjalanan jauh dengan motor alias backpacker pertama kami menuju daerah Garut Selatan tepatnya Pameungpeuk. Jumat pagi sekitar pukul 8.30 pagi kami berangkat dari rumah menuju Pameungpeuk. Rencananya kami memilih jalan Panggalengan, Bungbulang, Pameungpeuk.
Sekitar pukul sepuluh pagi kami tiba di Pangalengan dan mampir sebentar ke SPBU untuk mengisi bahan bakar dan mengecek kondisi motor. 

Setalah selesai mengisi bahan bakar, perjalanan kami lanjutkan kembali menuju Situ Cileunca. Pemandangan indah terpampang didepan mata, dengan diiringi kabut tipis dan hujan kecil menemani perjalanan kami. Beberapa menit kemudian kami sampai di daerah pekebunan teh Pasir Malang, perkebunan ini sudah berdiri sejak jaman kolonial. Kami pun memutuskan untuk mengisi perut didaerah itu sambil menikmati pemandangan yg sangat indah.

Di daerah itu banyhak berjejer warung warung sederhana yang menjajakan makanan ringan seperti gorengan, mie, kopi. 

Saya mencicipi cemilan unik yaitu singkong (sampeu) goreng, yang bikin unik adalah singkongnya diparut dan dibentuk kotak lalu digoreng. sekilas mirip dengan Cipuk (aci kerupuk).

setelah mencicipi beberapa cemilan sekedar mengganjal perut karena sejak berangkat dari rumah saya belum sarapan. 
daerah Pasir Malang


Motor ku pacu lagi dengan kecepatan sedang karena jalan tidak memungkinkan untuk ngebut, kontur jalan yang berkelok kelok curam dan tanjakan menghadang. Sejak berangkat dari Pangalengan hujan menemani kami dan sesekali reda lalu turun lagi. Pukul 12 saya memberhentikan motor didaerah Talegong untuk menunaikan sholat Jum'at

Selesai sholat jum'at kami melanjutkan perjalanan dan hujan semakin deras menguyur kami, tetapi itu tidak menyurutkan perjalanan kami. Dalam deras hujan kami terus memacu motor sambil terus waspada karena daerah itu rawan longsor. 

Akhirnya hujan pun reda ketika kami memasuki daerah jalan Ranca Buaya. Turunan tajam dan berkelok pun harus dilalui tetapi dikejauhan bibir pantai laut selatan sudah mulai terlihat biru membentang sejauh mata memandang.

Ranca Buaya
 Lelah selama diperjalanan sedikitnya terbayar setelah melihat bibir pantai, setidaknya sudah tiga perempat perjalanan sudah dilalui.


Tidak lupa kami pun mengabadikan pemandangan itu di tempat yang sama ketika saya melalui jalan yang sama sekitar 3 tahun yang lalu. Pada waktu itu saya berangkat bersama kawan kawan klub motor yang saya bentuk (Sugih Biker Community). Tetapi tujuan utama kami sebenarnya buka ke Ranca Buaya tetapi ke Puncak Guha yang lokasinya tidak begitu jauh dari pantai Ranca Buaya

Sambil terus mengendarai motor, saya mencoba mengigat dimana lokasi Puncak Guha karena memang tidak ada petunjuk atau apapun menuju lokasi tersebut. Berbekal ingatan dan berdoa saya akhirnya menemukan lokasi tersebut walau sudah terlewat puluhan meter. Saya putar arah dan langsung menuju lokasi Puncak Guha. Lokasinya sebenernya tidak begitu sulit karena masuknya pingir jalan raya Ranca Buaya Pameungpeuk. Setelah melewati portal kami menelusuri kebun jagung dan kebun kacang tanah sebelum akhirnya sampai.
Puncak Guha

Sebuah pemandangan yang menakjubkan, kita bisa melihat langsung Samudera Hindia langsung dari sebuah Puncak Bukit karang. Pengalaman yang tidak terlupakan oleh kami. Di lokasi tersebut tidak ada siapapun kecuali kami berdua, serasa milik sendiri. Deburan ombak menerpa karang, angin yang berhembus kencang, sepi itulah sedikit gambaran keadaan Puncak Guha.



Kira kira kami hanya sekitar setengah jam saja disana karena tujuan kami masih jauh. Setelah puas walau sebenernya belum puas juga seh. Kami melanjutkan perjalanan menuju Pameungpeuk, sepanjang perjalanan dari puncak guha menuju Pamenungpeuk kami disuguhi bibir pantai. Seakan akan ini bukan di Garut. Tak lama berselang hujan pun kembali menguyur. 
Seperti lagu the doors "Riders on the strom" the show must go on, tetap tantap gas.






1 komentar: